June 4, 2014

Aku, Tak Mau Tak Punya Apa-apa


Aku, punya selera.
Aku, punya standar.
Mungkin punya, tapi selalu berbeda-beda.

Aku, punya pemikiranku sendiri atas segala sesuatunya.
Aku, punya keyakinan bahwa semua hal dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda.

Aku, punya mauku sendiri.
Aku, punya kuatku sendiri.
Aku, punya kalahku sendiri.

Aku, tak punya apa-apa saat aku kehilangan-Nya.

Cuma Kita yang Tahu


Tuhan,
memang benar jika ada yang berkata,
lebih baik diam daripada berbicara namun menyakitkan.

Tapi apakah dosa?
Jika kami hanya diam ketika mendengar hal yang menyakitkan untuk kami.

Tuhan,
apakah harus kami mengutarakan sejujurnya apa yg kami rasakan?
Semata untuk merubah beku hatinya.

Tuhan,
Engkau sungguh tau bahwasanya kami bukan tak punya nyali.
Karena Engkau-pun tau,
aku tak mau menjadi seperti ia yang selalu menyakiti.

Masih Selalu...


Sepertinya aku terlalu banyak mengeluh,
aku lupa bahwa Tuhan selalu punya jawaban ditiap apa yg diberi-Nya.

Ia menjanjikan kebahagiaan pada setiap kesedihan.
Ia menjanjikan kemudahan pada setiap kesukaran.
Ia menjanjikan keikhlasan pada setiap kehilangan.
Ia menjanjikan segala imbalan atas apa yang kita tanam.

Bersyukurlah aku hingga masih memiliki segala pemikiran.
Tuhan, terimakasih..
aku masih selalu merasa Kau tentramkan.

Jika Hanya Itu, Maka...


Jika hanya diam yang aku pertahankan,
maka bukan aku yang selama ini mengajarimu untuk tak bungkam.

Jika hanya sabar yang aku lakukan,
maka bukan aku yang selama ini mengajarimu untuk tak dihancurkan.

Jika hanya melakukan apa yang rasaku tunjukkan,
maka bukan aku yang selama ini mengajarimu untuk berfikiran.

Jika hanya diriku yang bukan aku ternyata yang kamu inginkan,
maka bertemulah kita pada sebuah perpisahan.

Maka maafkan jika rasa yang begitu besar tak dapat menghentikan.
Maafkan jika hanya rasa saja yang walaupun begitu besar tetap tak meyakinkan.
Bahwa kita memang tak hanya butuh sekedar rasa.

Kisah Aku dan Ia


Aku, tak pernah takut akan segala apa yang menimpa.
Aku, tak pernah takut apa yang akan terjadi esoknya.
Aku, tak pernah takut lapar ataupun sendirian.
Aku, tak pernah takut untuk bahagia dan sedih.

Karena aku, punya Ia.

Karena aku, percaya padanya.
Karena aku, kenyataannya selalu merasa dicinta.
Karena aku, akan selalu terobati akan segala gejolak rasa.

Ia, pernah menyentuhku, bahkan Ia, selalu merawat hatiku.