June 13, 2017

Senja di Kotamu

senja kala itu, di kotamu.
kenangan itu pekat sekali di ingatanku.
di pinggiran pantai kita duduk benar-benar berdua.

entah mengapa,
kita selalu terdiam saat menikmati senja.

debur ombak memecah keheningan,
mengingatkan kita untuk sesekali bersautan.
walau hanya candaan dan sedikit melempar pujian.

ah, rindu sekali.
bukan hanya pada senja,
terlebih pada tuanku di sana.
doakan segera ke sana, pa :'

Yogyakarta - Cilegon, 8 April 2017
Elfira

Bahagia yang Sempurna

Denganmu, duduk berdua di tepi semesta
Bahkan meski hanya berteman hampa
Bahkan meski hanya menatap senja
Bahkan meski tanpa lontaran kata
Jika itu denganmu, sempurna sudah ku bahagia

Cilegon - Yogyakarta, 8 April 2017
Agung

Akhirnya, Kita Bareng Juga!

dua kali saur, tiga kali buka di sini.

bareng suami.

rumah masih berantakan.

tidur masih ketiduran.

sampe janjian mau "malam kamisan", "jumatan", eh kebablasan.


ga tau momen kayak gini bakal keulang lagi, tapi yang jelas, makasih udah banyak kerja keras dalam kepindahan ini.

ngecat sampe masih ada bekas di kaki,

sampe pas jalan sore, ketauan mbak-mbak ditanya "tante udah mandi?"


banyak yang kita lakukan diawal perjalanan, semoga kelak diringankan.

makasih banyak udah mau aku paksa,

"aku mau pindah pas puasa".

dan pada akhirnya kejawab, ternyata ada jabang bayinya, pantesan entah kenapa feeling aja pengen idup barengan sekarang. ga nunggu beberapa bulan lagi kayak rencana.


pengen ngerasain idup suami istri sebelum ada bayi. pengen pacaran sebelum ngidam-ngidam.


makasih udah selalu makan dengan lahapnya walau entah sekarang masakanku makin engga jelas.

entah karena aku lagi hamil apa gimana, tapi aku yang dulu gila asin dan pedes, sekarang sama sekali ga bisa nyicip asin dan pedes.


selamat ber-ramadhan, mari hidup bersama dengan berkah dan kebahagiaan!


Cilegon, 3 Juni 2017

Elfira

Tetaplah dipelukan

akankah rasa yg menggebu dapat bertahan seiring rindu yg perlahan pudar karena jarak yg nantinya tak lagi jadi penghalang? ah, sayang. tetaplah dipelukan.

Kartini..

Kartini, tahun ini bagiku terasa sedikit berbeda.


Entahlah, apa yang aku lakukan sampai saat ini merupakan bagian dari perjuanganmu dulu.


Bagaimana tidak, masih seperti kata-kataku tahun yang lalu.

Aku bebas belajar, bebas memilih pekerjaan, dan kali ini, dipercayai menentukan dengan siapa dan kapan ke pelaminan.


Ah, terima kasih untukmu, Kartini.

Terima kasih pula untuk keluarga yang menjadikanku pribadi seperti ini.


Tak lupa, pada suamiku, yang telah sangat menerimaku serta memberiku keluarga baru yang teramat aku sayangi.


Mati satu tumbuh seribu.

Kartini mungkin sudah tiada, namun semangat juangnya tidak boleh padam begitu saja.

Maju terus para Kartini muda.

Selamat hari Kartini!

Semoga kita adalah Kartini di masa kini.


Yogyakarta, 21 April 2017

Elfira

Doaku untukmu

genap sudah seperempat abad usiamu.


ah, sayang..

mulai tahun ini kita akan menghitung satu, dua, tiga, dan tahun-tahun berikutnya bersama.


terima kasih telah tidak sengaja datang (kembali) ke duniaku.


terima kasih telah menjadikan gurauan pinanganmu menjadi kenyataan.


mungkin kita sama-sama bukan orang terburuk apalagi terbaik dalam menjalin suatu hubungan, tapi, aku cukup yakin kita adalah orang baik, dan akan selalu menjadi seperti itu.


sayang, terima kasih..

untuk rasa yang begitu besar.

hingga aku yang sulit membuka hati ini, akhirnya mengalami jatuh cinta berulang-ulang.


kamu lelaki hebat, membuatku selalu bersyukur atas segala yang kau lakukan.

sampai bete-pun, aku masih tetap jatuh cinta pada caramu.


terima kasih telah menjadikanku utuh,

serta menguatkanku bahkan sebelum aku membagi kelemahan itu padamu.


aku benar-benar menikmatimu, teman kencan hidupku..


tidak hanya untuk hari ini,

doaku untukmu selalu,

semoga kamu menjadi pribadi yang semakin baik ditiap waktu.

menjadi imam terbaik untukku, untuk keluarga kecilmu..


semoga, banyak hal yang kita semogakan segera dapat dikabulkan..

aamiin.


dekap lebih hangat dari biasanya spesial untukmu,

dari Elfira.


Yogyakarta, 16 April 2017


*Tulisan ini aku persembahkan di hari spesial suamiku, Muhammad Agung Pambudi

Semoga yang Sungguh Disemogakan

baru kemarin sampai di kotamu,

kini aku harus kembali ke kotaku.


doa dalam sujud, agar segala impian lekas terwujud.


sungguh, semakin berat rasanya merelakan malam tidur sendirian, atau bangun tanpamu dengan sapa dan senyuman.


ah, sayang..

semoga lekas kita selamanya seranjang.


terima kasih sudah mengantarkanku jauh-jauh kesini, perjalanan sesulit apapun terasa membahagiakan bersamamu..


hati-hati, tidurlah lelap walau sendirian..

sampai bertemu di akhir pekan❤


Cilegon-Yogyakarta, 6 April 2017

Menikahi Masa Lalu

tak banyak yg tau, aku punya sesuatu dari masa lalu, cerita pahit cenderung pilu, itu dari aku.

kamu? sama saja.

karena setiap orang punya cerita dukanya.


aku pun tak tau, mengapa selama ini sulit mengobati pilu itu. namun rupanya, kamu yang tanpa sengaja, bisa meleburkan luka.


aku yang dulunya sulit percaya, dengan tidak sengaja menjadikanmu orang yang ku percaya.


aku yang dulunya sulit mencinta, dengan tidak sengaja sungguh jatuh cinta.


bagaimana tidak, hanya dalam empat jam malam itu, kamu memintaku menikahimu.

ah, bukan, bukan seperti itu..


saat itu, aku bertanya kabar.

mengapa kamu datang sendirian?

kemudian kamu jelaskan apa yang terjadi pada kisahmu sebelumnya.

yah, aku menjadi orang yang sangat berduka mendengar ceritamu.

perjalanan panjang yang pada akhirnya menemukan titik jawaban.

bahkan tak sengaja ku katakan, "ya ampun, jalan Tuhan"


saat kamu balik bertanya, lalu apa yang terjadi padaku, aku sedikit tak mengaku. hingga pada akhirnya, ketauan juga ya.


setelah itu.. satu, dua, tiga kali kamu melempariku dengan pertanyaan yang terselip dari obrolan ringan kita.

"ha pie el, gelem rabi ra ro aku?"

ha ha ha

segitu aja, sudah diulang tiga kali,

lalu aku sampaikan..

"nek ngomong karo cah wedok ki ati-ati. ojo ngawur, wong lanang ki sing dicekel omongane. wes ping telu lho koe ngomong ngene. nganti ping sepuluh, tak iyoni, emang ra mumet?"


ha ha ha, ketawa aja sih kita.


empat jam, dan kata-kata itu benar-benar keluar selama sepuluh kali.


"uwes ping sepuluh lho" kataku.

kamu pun menjawab "lhayo, aku yo ngitung kok. ha pie? gelem ora?"


ha ha ha, kelewat emang.

yauda aku tanggapi aja becandaannya.


"lha nek gelem taun iki yo ayo" kataku.

kamu pun jawab "lha emang aku pengen taun iki yoan. aku pengen nikah muda, pie?"


setelah beberapa detik, aku pun melanjutkan kekonyolan itu "yo nek gelem April iki"


dan kejadian itu terjadi di bulan Desember. empat bulan sebelum April. konyol.


setelah hari itu, aku menyadari dengan segala usaha yang kamu lakukan.

tak hanya mendekatiku, kamu langsung mengenalkanku pada keluargamu.

tapi entah yang masih menjadi misteri,

mengapa semudah itu keluargamu mengijinkanku masuk kedalam situ?

yah, pasti Tuhan menunjukkan segala kemudahan. segala perasaan kita mungkin sudah dipersatukan.

bukan mungkin lagi, pasti.

karena entah mengapa, dari sholat-sholat malamku, aku makin ditunjukkan kemantapan di hati.


mungkin kamu ingat, tiga hal yang aku nilai darimu secara garis besar..

pertama, bagaimana kamu memperlakukanku dengan sangat sopan dan baik, membuatku merasa menjadi wanita yang sangat dihargai;

kedua, bagaimana kamu menghadapi problem, dengan berbagai sikap yang kamu tunjukkan, termasuk ke aku;

ketiga, kamu masuk pada semua kriteria yang pernah aku sampaikan ke seseorang yang pernah bertanya padaku "emange nggolek calon suami sing koyo opo mbak?"

yang nakal tapi takut Tuhan, yang pinter tapi nggak keminter, yang mau kerja keras tapi nggak gila kerja.

yap! paket komplit sesuai apa yang aku harapkan.


cerita berlanjut..

hingga pada akhirnya,

akhir bulan pertama tahun ini, kamu pulang (lagi).

kepulanganmu yang ketiga kalinya menemuiku.

dan saat itu kita dipanggil ibuk dan bapak,

didudukkanlah kita di depan mereka.

"kowe yakin karo anakku? tenan wes yakin? tenan arep menikah?"

seputar pertanyaan seperti itu yang ditanyakan ibuk ke aku.


setelah itu, minggu pertama bulan kedua tahun ini,

aku berlibur ke rumah mama.

belum cerita ke mama, aku punya cerita.

eh, kamu memberi kabar mengejutkan.

"dah siap belom, aku mau nelfon. koe mesti kaget"

dan kamu sampaikan kalau ibuk udah punya hitungan hari baik untuk lamaran dan nikahan.


bulan ketiga tahun ini.


"what? tenanan? ha ha ha. tenanan nih??"


setelah itu, kuceritakan pada mama.

heboh semua.

pada papa, biasa aja. suruh ke bude aja. ha ha ha. begitulah.


saat itu yang aku pikirkan cuma satu!

pengen cepet pulang Jogja,

urus administrasi KUA!


Tuhan beneran punya kendali.

Dalam dua hari, semua urusan beres.

dapet tanggal dan jam sesuai dengan rencana. sempurna!


berhubung bude ke luar negeri sampai akhir bulan kedua, jadilah mengurus segalanya menunggu bude pulang.

dan pada akhirnya, semua berjalan lancar.

acara kenalan diakhir bulan kedua,

acara lamaran diawal bulan ketiga,

dan hari ini, 

hari ke dua puluh lima bulan ketiga, pukul sepuluh pagi, kita menikah.


sederhana.

keluarga,

tetangga,

orang-orang terdekat yang kita kenal saja.

sempurna!


yah, seperti itulah kekuatan doa.

bismillahirrohmannirrohim.


jadi,

bagi kalian yang banyak bertanya,

"yakin?"

secara personal meragukan kami,

biarkanlah kami begini.

insha Alloh kasih sayang Tuhan selalu bisa kasih jalan.


kami memang secara tidak sengaja dipertemukan.

namun kami dengan sengaja mencari jalan agar kami dijodohkan oleh Tuhan.


dengan pertemuan yang tidak disengaja ini,

dengan segala persiapan dalam waktu sesingkat ini,

dengan segala sesuatu yang coba kita upayakan sesederhana mungkin,

semoga akan menjadi awal yang indah dari cerita perjalanan cinta kita.


kita,

menikahi masa lalu.

kamu, yang berasal dari masa laluku.

mari kita nikahi masa lalu kita agar melebur jadi satu keabadian yang disempurnakan.


mohon doakan kami agar sakinah, mawadah, wa rohmah selalu menyertai kami,

aamiin.





Yogyakarta, 25 Maret 2017

Elfira


*Tulisan ini sebagai pengingat untukku pribadi. Bagaimana Tuhan selalu memiliki jawaban terbaik atas doa dan usaha manusia.